Darihasil voting 987 orang setuju jawaban D benar, dan 0 orang setuju jawaban D salah. Tanaman teh dan kopi bisa tumbuh dengan baik di daerah dataran tinggi. Pembahasan dan Penjelasan. Jawaban A. pantai menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.
Wabubjuga menjelaskan tentang kondisi perkebunan dan para petani kopi di Aceh Tengah. Pemerintah dan masyarakat Aceh Tengah berkomitmen menjaga lingkungan terutama hutan sebagai faktor pendukung kualitas tanaman kopi di daerah yang berhawa sejuk itu. Hingga saat ini, luas lahan kopi arabika Aceh Tengah mencapai 48.300 hektare, dengan rata-rata
KarenaIndonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Terutamadi daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma. Tanaman pare dapat ditanam di tempat yang berhawa panas dan dingin (Hendro, 2010). Suatu tanaman akan tumbuh dengan baik dan subur jika semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan unsur N dapat dilihat oleh tanaman yang dapat
Slides 34. Download presentation. (Teh, Kopi, dan Coklat) Bahan Penyegar. Definisi Bahan penyegar adalah semua bahan nabati yang dapat meningkatkan semangat pemakainya, karena mengandung senyawa perangsang yang termasuk golongan alkaloid. KOMODITAS TEH Spesies Teh Dua varietas utama tanaman teh adalah Camellia sinensis dan Camellia assamica.
a1SwvR. Syarat Tumbuh Tanaman KopiSyarat Tumbuh Kopi Robusta1. Iklim2. Media tanam3. Ketinggian tempatSyarat Tumbuh Kopi Arabika1. Iklim2. Media tanam3. Ketinggian tempatArtikel Terkait Saat ini ungkapan seperti belum memulai hari apabila belum meminum kopi nampaknya tepat bila disematkan kepada masyarakat Indonesia. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Entah itu kopi yang diseduh sendiri atau kopi yang dibeli dari gerai kopi, konsumsi kopi di Indonesia memang tergolong tinggi. Namun tahukah Anda kalau pada awalnya tanaman kopi bukan berasal dari Indonesia. Tanaman kopi yang dikonsumsi bijinya ini awalnya ditemukan di Etiopia. Kopi kemudian menyebar ke Mesir, Persia, kemudian menyebar ke Itali dan sampai ke Indonesia tepatnya pada abad ke 17 dengan dibawa oleh keturunan Belanda. Sejak saat itu, tanaman kopi mulai ditanam pada berbagai daerah di Indonesia. Baca Juga Cara Memilih Biji Kopi Yang Berkualitas Dua jenis kopi yang banyak ditanam di Indonesia adalah kopi Arabika dan Robusta. Kendati sama-sama tanaman kopi, namun syarat tanam kedua tanaman pun berbeda. Sebelum membahas perbedaan syarat tumbuh kedua tanaman, secara umum syarat tumbuh tanaman kopi yakni ditanam pada tanah dengan kedalaman yang cukup misalnya lebih dalam dari 100 cm. Tanah juga harus memiliki drainase yang baik serta memiliki cukup ketersediaan air yang dapat diambil tanaman. Tanah yang ditanami tanaman kopi juga harus memiliki cukup unsur hara terutama kalium dan bahan organik. Tanaman kopi biasanya akan tumbuh baik bila ditanam pada tanah dengan keasaman tanah atau pH antara 5,3-6,5. Selain kondisi tanah, iklim juga memengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Iklim ini juga termasuk dengan angin. Terutama pada tanaman kopi, tanaman ini tidak tahan dengan goncangan angin. Goncangan angin akan memengaruhi penguapan air pada permukaan tanah. Itulah persyaratan umum kondisi tanah serta iklim sebelum budidaya tanaman kopi. Sedangkan apabila dibagi berdasarkan jenis kopinya, persyaratan tumbuh untuk tanaman kopi Arabika dan Robusta antara lain; Syarat Tumbuh Kopi Robusta 1. Iklim Tanaman kopi Robusta membutuhkan suhu udara sekitar 24-30°C untuk tumbuh. Selain suhu udara, curah hujan juga memengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang terlalu tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, pun sebaliknya. Pada tanaman kopi, terutama kopi Robusta, curah hujan yang dibutuhkan agar tanaman tumbuh dengan optimal berkisar antara 1500-3000 mm per tahun atau 60 mm per bulan yang ini berarti bahwa terdapat 1-3 bulan kering. 2. Media tanam Keadaan tanah tentu memengaruhi baik tidaknya hasil dari suatu tumbuhan. Begitupun pada tanaman kopi terutama kopi jenis Robusta. Tanaman kopi Robusta harus ditanam dengan kedalaman lebih besar dari 100 cm pada tanah yang memiliki bahan organik yang cukup. Bahan organik serta unsur hara akan membantu kesuburan tanah yang juga mempercepat pertumbuhan tanaman. Tanaman kopi jenis Robusta juga dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5,5-6,5. 3. Ketinggian tempat Tanaman kopi umumnya merupakan tanaman yang tumbuh di daerah dataran tinggi. Namun pada kopi jenis Robusta, tanaman ini dapat tumbuh apabila ditanam pada tempat dengan ketinggian 300-700 mdpl. Syarat Tumbuh Kopi Arabika 1. Iklim Pada kopi jenis Arabika, suhu tempat yang dibutuhkan agar tanaman dapat tumbuh yaitu berkisar antara 15-24°C. Sedangkan curah hujan yang dibutuhkan agar tanaman kopi Arabika dapat tumbuh berkisar 2000-4000 mm per tahun yang ini berarti lebih banyak dari kopi Robusta. Dengan curah hujan yang tinggi, bulan kering yang dibutuhkan untuk kopi Arabika tumbuh sama dengan kopi Robusta, yaitu 1-3 bulan kering. 2. Media tanam Pada kopi jenis Arabika, persyaratan kedalaman masih sama dengan kopi Robusta, yaitu ditanam dengan kedalaman lebih besar dari 100 cm. Unsur hara menjadi salah satu hal penting yang harus dimiliki tanah apabila akan ditanami tanaman kopi baik jenis Robusta maupun Arabika, sehingga tanah harus memiliki unsur hara yang cukup sebelum ditanami tanaman kopi. Sedangkan keasaman tanah yang sesuai untuk tanaman kopi jenis Arabika yaitu berkisar antara 5,3-6,0. 3. Ketinggian tempat Pada kopi jenis Arabika, tanaman ini dapat tumbuh apabila ditanam pada tempat dengan ketinggian 700-1400 mdpl. Demikianlah yang bisa saya utarakan dalam kesempatan kali ini yang membahas mengenai Syarat Tumbuh Tanaman Kopi. Semoga Bermanfaat.
JAKARTA, - Nyamuk adalah salah satu hama yang sering muncul di rumah. Nyamuk suka menggigit dan yang berbahaya adalah menyebarkan penyakit. Namun, jika Anda tidak ingin mengusir nyamuk dengan produk berbahan kimia, jangan khawatir. Anda bisa menggunakan bahan yang mungkin sudah ada di rumah, salah satunya adalah dari The Kitchn, Sabtu 10/6/2023, nyamuk membenci bau kopi. Ini berarti Anda dapat menyeduh kopi dan kemudian menggunakan ampas kopi untuk mengusir nyamuk. Baca juga 7 Cara Mengusir Nyamuk di Dapur, Pakai Sabun hingga Tanaman SHUTTERSTOCK/KWANGMOOZAA Ilustrasi nyamuk, tangan digigit nyamuk. Pengguna media sosial mencoba berbagai metode untuk mengusir nyamuk dengan kopi. Bagian terbaiknya adalah Anda benar-benar dapat mencoba apa pun yang cocok untuk Anda dan apa yang Anda pengguna menaburkan bubuk kopi segar di sekeliling teras untuk menyebarkan aroma harum sekaligus mengusir nyamuk. Adapun yang lain mengemas bubuk kopi ke dalam cangkir atau gelas memadatkannya, dan membakarnya seperti lilin. Ahli di Parachute Coffee menyatakan bahwa minuman berkafein favorit ini benar-benar mengusir berbagai jenis serangga, menjadikannya pilihan ideal untuk pesta luar ruangan dalam berbagai ukuran. Tampaknya kopi yang dibakar dan ampas kopi yang tidak terpakai bekerja paling baik. Baca juga 4 Warna yang Disukai Nyamuk, Jangan Gunakan di Rumah Sementara itu, mencampurkan air dengan kopi dapat memberikan nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman dan pada saat yang sama mengusir nyamuk dewasa. Tentu saja, Anda harus menjauhkan anak-anak dan hewan peliharaan dari ampas kopi apa pun keadaannya untuk mencegah mereka menelannya.
Tanaman kopi dipercaya berasal dari benua Afrika kemudian menyebar ke seluruh dunia. Saat ini kopi ditanam meluas di Amerika Latin, Asia-pasifik dan Afrika. Pohon kopi bisa tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan subtropis meliputi dataran tinggi maupun dataran rendah. Kopi dipanen untuk diambil bijinya kemudian dijadikan minuman atau bahan pangan lainnya. Di Indonesia, tanaman kopi dibawa oleh bangsa Belanda pada tahun 1896. Mereka memperkenalkan jenis kopi arabika. Pada perkembangannya, terjadi serangan penyakit karat daun HV yang menyebabkan kematian tanaman secara massal. Kemudian pemerintahan kolonial memperkenalkan jenis kopi liberika dan robusta yang lebih tahan penyakit HV. Jenis kopi budidaya Jenis kopi yang paling populer adalah arabika. Para penikmat kopi menghargai jenis kopi arabika lebih dibanding jenis kopi lainnya. Faktor penentu mutu kopi selain jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pengolahan biji. Jenis kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal. Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas. Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam. Empat jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi arabika, robusta, liberika dan excelsa. Sekitar 70% jenis kopi yang beredar di pasar dunia adalah kopi arabika. Disusul jenis kopi robusta menguasai 28%, sisanya adalah kopi liberika dan excelsa. a. Kopi Arabika Kopi arabika Coffea arabica merupakan jenis kopi yang paling disukai karena rasanya dinilai paling baik. Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di ketinggian 1000-2100 meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian diatas 800 meter dpl. Bila ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat rentan terhadap penyakit HV. Arabika akan tumbuh optimum pada kisaran suhu 16-20oC. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, kopi arabika membutuhkan bulan kering sekitar three bulan/tahun. Arabika mulai bisa dipanen setelah berumur four tahun. Dengan produktivitas rata-rata sekitar 350-four hundred kg/ha/tahun. Namun bila dipelihara secara intensif bisa menghasilkan hingga 1500-2000 kg/ha/tahun. Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah. Meski memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang dihasilkan jauh lebih baik. b. Kopi Robusta Kopi robusta Coffea canephora lebih toleran terhadap ketinggian lahan budidaya. Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian four hundred-800 m dpl dengan suhu 21-24oC. Buididaya jenis kopi ini sangat cocok dilakukan didataran rendah dimana kopi arabika rentan terhadap serangan penyakit HV. Dahulu setelah ada serangan penyakit HV yang masif, pemerintah kolonial mereplanting tanaman kopi arabika dengan kopi robusta. Jenis kopi robusta lebih cepat berbunga dibanding arabika. Dalam waktu sekitar 2,five tahun robusta sudah mulai bisa dipanen meskipun hasilnya belum optimum. Produktivitas robusta secara rata-rata lebih tinggi dibanding arabika yakni sekitar hundred kg/ha/tahun. Dengan pemeliharaan intensif produktivitasnya bisa ditingkatkan hingga 2000 kg/ha/tahun. Untuk berbuah dengan baik, jenis kopi robusta memerlukan waktu panas selama three-four bulan dalam setahun dengan beberapa kali hujan. Buah robusta bentuknya membulat dan warna merahnya cenderung gelap. Buah robusta menempel kuat di tangkainya meski sudah matang. Rendemen kopi robusta cukup tinggi sekitar 22%. Para penggemar kopi menghargai robusta lebih rendah dari arabika. Karena harganya yang murah, para petani seringkali mengolah biji kopi robusta dengan proses kering yang lebih rendah biaya. c. Kopi liberika Kopi liberika Coffea liberica bisa tumbuh dengan baik didataran rendah dimana robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada penyakit HV dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan kopi liberika. Ukuran daun, percabangan dan tinggi pohon jenis kopi liberika lebih besar dari arabika dan robusta. Kopi liberika mutunya dianggap lebih rendah dari robusta dan arabika. Ukuran buahnya tidak merata, ada yang besar ada yang kecil bercampur dalam satu dompol. Selain itu rendemen kopi liberika juga sangat rendah yakni sekitar 12%. Hal ini yang membuat para petani malas menanam jenis kopi ini. Produtivitas jenis kopi liberika ada pada kisaran four hundred-500 kg/ha/tahun. Liberika dapat berbunga sepanjang tahun dan cabang primernya dapat bertahan lebih lama. Dalam satu buku bisa berbunga lebih dari satu kali. Di Indonesia, jenis kopi ini ditanam di daerah Jawa dan Lampung. d. Kopi Excelsa Kopi excelsa Coffea excelsa merupakan salah satu jenis kopi yang paling toleran terhadap ketinggian lahan. Kopi ini bisa tumbuh dengan baik didataran rendah mulai 0-750 meter dpl. Selain itu, kopi excelsa juga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Pohon kopi excelsa bisa menjulang hingga 20 meter. Bentuk daunnya besar dan lebar dengan warna hijau keabu-abuan. Kulit buahnya lembut, bisa dikupas dengan mudah oleh tangan. Kopi excelsa memiliki produktivitas rata-rata hundred kg/ha/tahun. Kelebihan lain jenis kopi excelsa adalah bisa tumbuh di lahan gambut. Di Indonesia, excelsa ditemukan secara terbatas di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi. Jenis kopi lainnya Berdasarkan penulusuran literatur, terdapat ribuan spesies kopi di dunia. Namun dalam perdagangan worldwide hanya dikenal empat jenis saja seperti yang telah dijabarkan di atas. Adapun beberapa jenis lainnya adalah sebagai berikut Coffea dewevrei Coffea khasiana Coffea arnoldiana Coffea salvatrix Coffea abeokutae Coffea congenis Coffea wightiana Coffea kapakata Coffea bengalensis Coffea stenophylla Coffea traverncorensis Coffea eugenioides Coffea recemosa Coffea zanguebariae
Akar wangi, ia dikenal sebagai tanaman baik untuk konservasi tanah. Akar wangi juga potensial meminimalisir kehilangan unsur hara pada tanah, dibanding tanaman lain. Tanaman akar wangi bisa jadi minyak atsiri dengan nilai jual fantastis. Para petani di Garut, Jawa Barat, yang memproses akar wangi jadi mintak atsiri menjual minyak Rp2,7-3,5 juta per liter. Ada juga yang menjual akar mentahan harga setiap kilogram. Budidaya akar wangi tidaklah sulit. Perbanyakan bisa dengan memotong bagian akar yang ada mata tuntasnya. Tanaman yang masuk kelompok rerumputan ini dapat berkembang baik di ketinggian meter di atas permukaan laut mdpl. Di bawah itu, tetap hidup meski perkembangan tak maksimal. Dona Octavia, peneliti agroforestri Badan Riset Inovasi Nasional BRIN mengatakan, akar wangi cocok sebagai tanaman konservasi. Cakupan akar yang panjang dan kuat disebut Dona efektif untuk mengikat tanah. Apalagi, tanaman ini bisa tumbuh baik di lapisan tanah regosol alias yang berpasir. Dari kejauhan sekilas bentuk seperti serabut kelapa dengan warna krem kecokelatan. Saat dilihat lebih dekat, ternyata sekumpulan akar yang dihimpun dalam satu bendel ikatan. Akar ini bukan sembarang akar. Ia punya ciri khas, beraroma wangi. Alasan itu pula yang jadikan tumbuhan ini populer dengan sebutan akar wangi. “Ini biasa diolah untuk diambil minyaknya, minyak akar wangi,” kata Nuryana, petani akar wangi asal Kabupaten Garut, Jawa Barat di sela temu kader Akademi Reforma Agraria Sejati ARAS di Kabupaten Ciamis, belum lama ini. Nuryana sudah membudidayakan tanaman akar wangi lebih 20 tahun lalu. Di atas lahan seluas setengah hektar, dia bisa meraup Rp25 juta sekali panen dari jual mentah. Selama ini produk akar wangi banyak dipasarkan ke luar negeri. Beberapa negara di Asia hingga Eropa merupakan pembeli terbesar produk bernilai ekonomi tinggi ini antara lain, Singapura, Jepang, India, Hong Kong, Inggris, Belanda, Jerman dan Swiss. Para petani biasa menjual minyak jadi dengan harga Rp2,7-3,5 juta per liter. Ada juga yang menjual mentahan harga setiap kilogram akar. Proses penyulingan biasa dengan mesin ketel kapasitas 1,5 ton. Satu ton bahan mentah, bisa menghasilkan 10-15 kilogram minyak. Tanaman akar wangi. Foto A. Asnawi/ Mongabay Indonesia Budidaya mudah Bernilai ekonomi tinggi, budidaya akar wangi tidaklah sulit. Perbanyakan bisa dengan memotong bagian akar yang ada mata tuntasnya. “Jadi, hanya perlu bibit saat pertama menanam. Setelah itu bisa perbanyakan sendiri. Tinggal potong, tanam,” kata Wildan, petani lain. Dia bilang, tanaman yang masuk kelompok rerumputan ini dapat berkembang baik di ketinggian meter di atas permukaan laut mdpl. Di bawah itu, tetap hidup meski perkembangan tak maksimal. “Di tanah liat tetap bisa. Tapi akarnya nggak bisa banyak, kalau di tanah gembur bisa panjang dan banyak,” katanya. Untuk bibit, biasa per kilogram. Nuryana bilang, penanaman bisa dengan membuat jarak 50 sentimeter per lubang. Jarak ini agar tanaman memiliki zona perakaran yang baik. Akar wangi, katanya, memiliki akar serabut kuat. Karena itu, ia termasuk kelompok tanaman konservasi yang berguna untuk menahan erosi. “Makanya, tebing-tebing di tol Jogorawi itu juga banyak ditanami akar wangi,’ kata petani yang menjabat sebagai Kepala Bidang Penataan Produksi dan Pemasaran Serikat Petani Pasundan SPP Garut ini. Menurut dia, akar wangi merupakan tanaman yang tidak mudah terkena hama dan penyakit. Tidak sulit seperti tanaman holtikultura lain yang memerlukan pemupukan atau perawatan rutin. Proses pembuatan minyak akar wangi, katanya, dengan penyulingan suhu tertentu antara 60-70 derajat Celcius. Lama penyulingan sekitar delapan jam. Terlalu panas, minyak jadi jelek dan gosong. Terlalu rendah, kadar minyak kurang jernih. “Memanennya dengan dipotong, daun ditimbun untuk pupuk. Baru akar diambil,” kata Nuryana. Kabupaten Garut dikenal sebagai salah satu penghasil akar wangi vetiver root oil/Andropogon zizanioides. Pemkab setempat bahkan menerbitkan kebijakan khusus lewat Peraturan Bupati untuk mendukung pengembangan komoditas ini. Minyak akar wangi. Foto A Asnawi/ Mongabay Indonesia Dalam Perbup nomor 520/ tertanggal 6 Agustus 1996, bupati menetapkan lahan hektar untuk budidaya dan pengembangan akar wangi di empat kecamatan. Yakni, Kecamatan Samarang 750 hektar, Kecamatan Bayongbong 210 hektar. Lalu, Kecamatan Cilawu 240 hektar, Pasirwangi 450 hektar dan Kecamatan Leles 750 hektar. Dari luas pengembangan itu, produksi minyak akar wangi mencapai 72 ton per tahun. Secara rinci, volume produksi minyak akar wangi mencapai 7,2 ton dari Kecamatan Cilawu, 6,3 ton dari Kecamaran Bayongbong. Kemudian, 22,5 ton dari Kecamatan Samarang, 13,5 ton dari Kecamatan Pasirwangi dan 22,5 ton dari Kecamatan Leles. Sebanyak keluarga terlibat dalam pengembangan akar wangi ini. Mereka terdiri dari orang sebagai pemilik dan orang sebagai petani atau penggarap. Ribuan petani itu tergabung ke dalam 28 kelompok tani, 18 berada di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi, Kecamatan Leles ada lima, Cilawu 4 dan satu kelompok di Bayongbong. Jumlah pengolah atau penyuling ada 33 unit tersebar di Kecamatan Samarang dan 21 di Pasirwangi 21, Sembilan di Leles, satu Bayongbong dan dua di Cilawu. “Semua produk minyak akar wangi mampu terserap oleh pasar,” tulis portal Pemkab Garut itu. Optimisme itu didukung fakta lain bahwa tidak banyak negara yang bermain di komoditas ini. Berdasar catatan Pemerintah Garut, pesaing utama produk ini hanya Tahiti, wilayah di selatan Samudera Pasifik. Dengan begitu, pasokan akar wangi di tingkat global masih sangat terbatas. Namun demikian, upaya pengembangan akar wangi di Garut bukan tanpa permasalahan. Menurut pemkab, ada beberapa hal mesti dibenahi agar budidaya akar wangi terus berkembang di masa depan, seperti soal mata rantai tata niaga terlalu panjang. Situasi itu berpotensi mengurangi keuntungan para petani sebagai akibat para calo broker. Selain itu, keterbatasan akses teknologi juga kendala hingga kualitas minyak relatif rendah. “Tentu, ini juga harus didukung dengan akses permodalan yang baik,” tulis Pemkab. Pemkab pada 2008 mendirikan Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD untuk membantu memenuhi kebutuhan petani. Selain laboratorium, UPTD yang dibentuk hasil kerjasama dengan Kementerian Perindustrian dilengkapi unit steam dan mesin boiler. Data Badan Pusat Statistik BPS Jawa Barat menyebut, data produksi akar wangi menunjukkan tren peningkatan. Pada sektor perkebunan rakyat misal, pada 2019, produksi tercatat 3,96 ton, naik jadi 15 ton pada 2020. Pun demikian dengan sektor perkebunan swasta. Pada 2019, volume produksi mencapai ton naik jadi ton pada 2020. Setidaknya ada beberapa daerah di Jawa Barat sebagai penghasil akar wangi. Selain Garut, ada Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Subang, Bandung Barat, Pangandaran, dan Kota Bandung, serta Sumedang dengan volume produksi paling besar. Akar wangi, yang bisa jadi minyak atsiri dan bernilai tinggi. Foto A. Asnawi/ Mongabay Indonesia Dorong pengembangan Dona Octavia, peneliti agroforestri Badan Riset Inovasi Nasional BRIN mengatakan, Garut salah satu penghasil akar wangi terbesar di Indonesia. Para petani setempat banyak yang mengembangkan lantaran nilai ekonomi tinggi. “Saya kira ini sesuatu yang sangat tepat untuk diperkenalkan dan dibudidayakan di tempat lain di Indonesia, tidak hanya di Garut,” katanya. Akar wangi, katanya, merupakan tumbuhan yang masuk dalam kelompok rerumputan. Sebelum panen, sekilas menyerupai sereh wangi sejatinya berbeda. Bila wangi pada sereh berasal dari daun, tidak demikian dengan akar wangi. “Daun vetiver tidak mengeluarkan aroma wangi, beda dengan sereh tetapi akarnya. Itu sangat potensial.” Menurut dia, akar wangi bisa menghasilkan minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi. Bahkan, saat ini, sudah ada komunitas ekspor yang menjual minyak atsiri hingga ke pasar luar. Di kalangan pelaku perdagangan internasional, minyak atsiri dari tanaman yang mendapat julukan sebagai Java Vetiver Oil ini memiliki kekhasan tersendiri. Senyawa vetiveron yang terkandung di dalam minyak atsiri konon belum bisa dibuat secara sintetis. Jadi, upaya budidaya sangat penting untuk menjaga setok minyak ini tetap aman. Terlebih, minyak ini banyak dimanfaatkan untuk pewangi berbagai produk kebutuhan, seperti parfum, kosmetik, pewangi pakaian, sabun, hingga obat-obatan. Akar wangi tergolong tumbuhan yang cukup adaptif. Bisa tumbuh di daerah rendah hingga dataran tinggi di atas mdpl dengan suhu udara 17-27 derajat celscius sekalipun. Dia juga dapat tumbuh maksimal di daerah dengan curah hujan milimeter per tahun. “Ia bisa tahan di cuaca kering.” Tanaman ini memiliki sistem perakaran sangat panjang, bisa lima meter, jauh lebih panjang dari tanaman itu sendiri. Sedangkan daun, bisa 1,5-2 meter. Karena itu, tanaman ini juga dinilai cocok sebagai tanaman konservasi. Cakupan akar yang panjang dan kuat disebut Dona efektif untuk mengikat tanah. Apalagi, tanaman ini bisa tumbuh baik di lapisan tanah regosol alias yang berpasir. Tanaman akar wangi yang tanam oleh petani Garut. Foto A. Asnawi/ Mongabay Indonesia Dia bilang, perbanyakan tanaman ini juga dapat secara vegetatif, hanya dengan memotong akar atau umbi bermata tunas sudah bisa hasilkan tanaman baru. Dengan beragam kelebihan ini, katanya, akar wangi kerap disebut juga sebagai rumput ajaib karena memiliki banyak fungsi. Akar wangi dinilai Dona sebagai tanaman efektif untuk konservasi tanah dan air. Petani hanya memerlukan alat untuk melakukan penyulingan. Sedangkan daun, selain untuk pakar ternak, bisa sebagai mulsa agar kelembaban tanah tetap terjaga. “Bahkan, bisa juga untuk bahan baku kerajinan tangan,” kata Dona. Akar wangi, katanya, sangat potensial meminimalisir kehilangan unsur hara pada tanah, dibanding tanaman lain. Ia juga baik untuk konservasi tanah. Selain itu, akad wangi juga dapat membantu proses stabilisasi tanah di tebing-tebing curam, lereng-lereng sungai atau tebing jalan. Tak kalah penting lagi, akar wangi juga dapat sebagai fitromediasi untuk membantu pemulihan pencemaran air dan tanah yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas pertanian. “Memang layak dikembangkan.” Akar wangi yang dibikin minyak atsiri oleh petani Garut. Foto A. Asnawi/ Mongabay Indonesia ******* Artikel yang diterbitkan oleh
Kopi termasuk jenis minuman non alkohol yang memiliki fans fanatik. Idola-idola kopi ini akan menyeduhnya setiap hari. Akan terasa belum lengkap harinya sebelum menyeduh kopi, itu pendapat para penggemar kopi. Bagi penggemarnya, kopi bisa menjadi moodbuster yang efektif. Kombinasi dari rasa pahit, sedikit asam dibeberapa jenis kopi, dan manis akan menjadi perpaduan rasa nikmat yang bisa membangkitkan lagi mood yang sempat turun. Baca Juga Kopi Luwak Halalkah? Ini Dia Penjelasannya Contents1 Sejarah Tanaman Kopi Di Indonesia2 Mengenal Tanaman Kopi3 Iklim Yang Cocok Untuk Tanaman Kopi Sejarah Tanaman Kopi Di Indonesia Ingin tahu kan dari mana kopi berasal? Ternyata tanaman kopi yang menghasilkan biji kopi tidak berasal dari Indonesia. Tanaman kopi yang banyak di tanam oleh petani Indonesia adalah benih yang berasal dari Benua Afrika. Jenis kopi Arabika pertama masuk ke Indonesia. Di abad ke 17, tanaman ini masuk kemudian banyak dikembangbiakkan di daerah Jawa Barat dan Jakarta. Setelah di Jawa Barat dan Jakarta berkembang baik, barulah tersebar ke seluruh Indonesia. Hingga abad ke 18 kopi Arabika masih menjadi kopi yang banyak di tanam oleh petani, namun memasuki abad ke 19 terjadi serangan penyakit Karat Daun yang menyebabkan banyak tanaman Kopi Arabika ini mati. Kopi Arabika yang selama adalah tanaman yang ditanam di ketinggian 1000 m diatas permukaan laut saja yang mampu bertahan hidup. Karena ternyata penyakit ini tidak tahan terhadap suhu dingin. Serangan penyakit karat daun ini menyebabkan populasi kopi Arabika menyusut drastis. Baca Juga Budidaya Tanaman Kopi Adanya serangan penyakit yang ganas tersebut membuat para ahli berpikir keras mencari tanaman kopi yang tahan terhadap penyakit ini. Dan ditemukanlah fakta bahwa ternyata Kopi Robusta memiliki sifat tahan terhadap penyakit karat daun. Selain kuat terhadap serangan penyakit karat daun, kopi Robusta juga memiliki syarat tumbuh yang lebih ringan dibandingkan kopi arabika. Dan juga memiliki produktivitas tanaman yang lebih tinggi. Dengan adanya sifat-sifat unggul itulah kemudian kopi Robusta lebih banyak berkembang di tanah air. Mengenal Tanaman Kopi Sebelum kita membudidayakan kopi, tentu saja kita harus mengenal lebih dekat, seperti apa tanaman kopi itu. Akar. Tanaman kopi memiliki perakaran dangkal. Di dalam tanah akar kopi hanya tumbuh di area 0 – 30 cm saja. Itu sebabnya tanaman ini akan sangat tergantung dengan kondisi kesuburan tanah lapisan atas saja. Batang dan Cabang. Tanaman kopi termasuk tanaman yang tumbuh tegak ke atas ortotropok dan tumbuh ke samping plagiotropik. Daun. Daun tanaman kopi tumbuh berpasangan dan berhadapan. Stomata masing-masing jenis kopi memiliki perbedaan yang kemudian menjadi alat untuk mengidentifikasi jenis kopi. Baca Juga Jenis-Jenis Kopi Luwak Di Indonesia Bunga dan Buah. Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang. Pada setiap ketiak daun akan terdapat 4 – 5 tandan. Masing-masing tandan terdiri atas 3 – 5 bunga. Sehingga dengan demikian, maka setiap ketiak akan dapat dibentuk antara 12 – 25 bunga. Atau dengan kata lain 24 – 50 bunga per dompolannya. Buah Kopi Robusta Yang Telah Matang Bunga tanaman kopi berwarna putih. Yang berbeda dari Kopi Arabika dan Kopi Robusta adalah di jumlah kelopak bunganya. Untuk kopi robusta, mahkota bunga yang dimiliki berjumlah 3-8 helai. Sedangkan kopi arabika jumlah mahkota bunganya 5 helai. Panjang tangkai putik kopi robusta melebihi benang sarinya. Sedangka kopi arabika memiliki benang sari yang lebih panjang daripada putiknya. Untuk proses penyerbukannya, kopi arabika bisa menyerbuk sendiri self Pollinator. Kopi Robusta memerlukan penyerbukan silang Cross Pollinator. Bunga pada tanaman kopi biasanya akan muncul ketika tanaman sudah berumur 3 tahun. Sedangkan buahnya akan muncul ketika usia pohon mencapai 4 tahun. Buah kopi akan masak dalam waktu antara 9 bulan sampai 1 tahun. Untuk Kopi Robusta proses pemasakan buah kopi memerlukan waktu 10-11 bulan. Sedangkan kopi arabika 9-10 bulan. Iklim Yang Cocok Untuk Tanaman Kopi Tanaman kopi akan dapat tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak antara 20 derajat LU dan 20 derajat LS. Karena Indonesia terletak di 5 derajat LU dan 10 derajat LS maka sebenarnya sangat cocok untuk budidaya tanaman kopi. Faktor iklim yang banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi adalah ketinggial tempat elevasi, temperatur, dan curah hujan. Baca Juga Mengenal dan Menikmati Kopitiam Yang Tersohor Ketinggian tempat yang dibutuhkan oleh Kopi Arabika untuk tumbuh dengan baik termasuk terhindar dari serangan karat daun adalah 800 – 1500 m di atas permukaan laut. Sedangkan kopi robusta bisa tumbuh di ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan laut, namun optimal di ketinggian 400 – 800 m di atas permukaan laut. Makin tinggi elevasi akan semakin lambat pertumbuhan kopinya dan semakin lama masa non produktifnya. Elevasi juga akan mempengaruhi besarnya biji kopi. Untuk tempat yang lebih tinggi, ukuran buah kopinya akan semakin besar. Suhu optimal pertumbuhan kopi adalah 17 – 21 derajat celcius untuk kopi arabika dan 21-24 derajat celcius untuk kopi robusta. Curah hujan yang mempengaruhi pertumbuhan kopi adalah curah hujan yang memiliki interval distribusi agak lama. Tanaman kopi memerlukan masa agak kering selama kurang lebih 3 bulan. Terutama untuk jenis kopi robusta, tanaman ini karena memerlukan penyerbukan silang justru sangat tergantung pada fase cuaca kering ini. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah 2000 – 3000 mm per tahun. Biji kopi yang dihasilkan dari perkebunan kopi di daerah kering maka rendemen kopinya akan lebih tinggi.
tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa